Bubar ex X1 '09
Weww ..
Lagi males nge.post nihh ..
:D
Dila cerita sedikit dehh, tentang bubar ex X1 yang diadakan di rumah Dila 2 hari yang lalu.
Sekitar jam setengah 6, Dila baru siap mandi dan berpakaian rapi. Langsung aja Dila ke teras menghampiri teman-teman yang udah lumayan rame ngumpul menunggu kehadiran teman-teman yang lainnya.
Kabar yang mengejutkan datang dari salah seorang teman Dila yang merupakan ketua kelas X1 dulu, Azie. Dia yang diamanahkan untuk memesan nasi ayam penyet di 'Ayam penyet Pak Ulis' sesuai dengan jumlah orang yang ikut di acara bubar ini. Jumlah sih oke, tepat. Tapi, Azie melakukan kesalahan besar. Dia hanya membeli ayam penyet tanpa nasi. Obi yang jabatan sebagai sopir(di acara ini) tak dapat disalahkan karena Miana, seorang bendahara sekaligus penanggung jawab acara ini mengamanahkannya kepada Azie, sedangkan Obi hanya bertugas menggerakkan mobil untuk sampai ke tujuan.
Semua mulai bingung ga jelas mengocok pikiran untuk memecahkan masalah ini. Di rumah Dila sih, ada nasi. Tapi, kapasitasnya sangat terbatas. Ga mungkin bisa mencukupi satu kelas teman dila yang jumlahnya sekitar dua puluhan orang, yang ikut bubar.
Miana dan Disa sigap. Mereka segera menancapkan gas motornya untuk membeli beras. Sedangkan yang lain saling menyalahkan Azie. Azie bersi keras mempertahankan dirinya ga salah.
“Kemarin disuruh beli ga pake nasi. Ya udah aku beli ga pake nasi. Aku kirain nasi udah Nadia yang sediain. Kalian yang masak," elak Azie menegaskan argumennya.
"Yiee.. Kalian kan bilang, semua kalian yang atur. Nadia cuma nyediain tempat. Ga salah Nadia dumn.. Kalau kalian bilang sih, bisa Nadia masak.." kata Dila membela diri.
Beberapa menit kemudian, Miana dan Disa pun tiba dengan beras 5 kg. Dila diam sejenak.
“Hahh? Apa sempat, kita masak lagi? Bentar lagi udah buka,” komentar Dila saat melirik jam tangan Dila.
“Sempatlah itu,” balas Disa.
“Ya terserahlah… Pake aja tu magic jar jumbo,” kata Dila sambil menunjuk kea rah magic jar.
“Kalau saran Dila, mending beli aja nasi,” kata Dila lagi.
“Yia juga ya,” jawab salah seorang teman Dila menyetujui.
“Woy, cepat beli nasi!” perintah Miana kepada teman-teman yang lainnya.
Tanpa berfikir panjang, Naufal, wakil ketua kelas X1 dulu, segera melesat. Disa tak kalah sibuk menelpon Om Didin(guru les vokal) yang merupakan anak dari seorang pemilik restoran nasi padang tak jauh dari komplek. Namun, sia-sia. Berkali-kali Disa coba menelpon, tapi ga diangkat.
Tak beberapa lama kemudian, Naufal mengabari bahwa ga ada satu pun warung nasi yang bersedia menjual dua puluhan bungkus nasi tok. Mau ga mau yia harus mau kami masak nasi 5 kg.
Azie dan Disa mulai sibuk mencuci beras. Benar-benar butuh tenaga ekstra untuk memasak 5 kg. Dila yang udah kehabisan akal memikirkan nasi,
lebih memilih menyusun kue di piring dan menuangkan teh ke masing-masing cup. Yang lain ikut bantu menyebarkan cup yang telah berisi teh dan kue.
Beberapa menit akan berbuka, semua telah duduk rapi berjejer di patio rumah Dila yang pas-pasan tak sabar menanti bunyi serene yang begitu nyaring di telinga.
“Ngngng….,” bunyi serene menggelegar di telinga.
Semua berdecak lega , berdo’a, dan langsung meneguk teh buatan bibik yang telah tersedia di hadapan masing-masing.
“Loh? Magic jarnya kok belum dikletekkan?” tanya mama yang tiba-tiba mama muncul dan menyerahkan dua kotak kue yang berisi risol dan brownis.
“Ini juga airnya kurang,” tambah mama lagi sambil membereskan semuanya.
Setelah mencicipi beberapa potong kue, semua beranjak untuk mengambil wudhu, melaksanakan shalat maghrib. Hanya dua, tiga orang cewek yang berhalangan (termasuk Dila) menetap di ruang patio untuk membereskan ruangan. Sedangkan yang lain shalat maghrib berjama’ah di ruang shalat yang sangat sederhana. Adek sebagai anak RMB(Remaja Mesjid Baiturrahman) bertindak sebagai imam.
Usai berdzikir, berdo’a, dan embel-embel lainnya, semua pada sibuk dengan kesenangan masing-masing sambil menunggu nasi mateng. Ada yang sibuk menggosip ga jelas, melawak garing, atau sekedar menongkrong di teras samping menikmati suasana malam. Ada juga yang sibuk berfoto ria bagi kaum-kaum narsis yang autis ama kamera. ~ Termasuk Dila :D .


Ga terasa, nasinya udah mau mateng. Dila, Disa, Fina, Lailan, juga Kak Meli(yang kerja di rumah Dila) membantu menuangkan jus ke masing-masing cup dan meletakkannya ke tempat masing-masing. Mama meletakkan piring dibantu oleh teman-teman Dila yang lainnya.
Akhirnya nasinya mateng juga setelah kami telah menunggu dalam kurun waktu yang cukup lama. Bahkan, azan isya terabaikan sanking lahabnya menyantap ayam penyet pak ulis.
19.57
|
Label:
My Diary
|



0 komentar:
Posting Komentar